Resensi Buku:
Banyak orang yang telah membaca buku ini mengatakan kesan “menarik” kepada saya. Karena penasaran, saya pun membelinya. Setelah saya membacanya sendiri, ternyata bukan hanya kata menarik yang didapat dari cerita dalam buku ini, tapi SUNGGUH MENGESANKAN! Buku yang menurut saya banyak sekali pelajaran yang bisa diambil; keagamaan, persahabatan yang luar biasa, cinta pertama yang indah, ketegaran hidup, bahkan makna sebuah takdir yang tidak bisa kita tebak, Sebuah buku yang “pintar” hasil dari pemikiran seorang yang pintar. Menggabungkan dua hal yang berbeda, sastra dan science. Sepertinya saat kita membaca ini kita bukan hanya terlarut dalam perjalanan hidup pelaku didalamnya tapi juga kita bisa belajar banyak. Mulai dari ilmu dunia fisika, istilah biologi, geografi dari provinsi Bangka Belitong, sampai perekonomian masyarakat di sana yang dikuasai sepenuhnya oleh penambangan timah. Cerita ini memang lain dari cerita biasanya. Mengambil latar pada sebuah tempat yang tak terpikirkan oleh kita. Sebuah tempat kecil di Indonesia yang memiliki kekayaan yang luar biasa. Sayangnya tidak semua penduduknya dapat merasakan hasil dari kekayaan alam negerinya. Tersebutlah sebuah daerah di Belitong di mana masyarakat di dalamnya terbagi dalam dua bagian yang amat berbeda status sosialnya. Dimana terdapat masyarakat yang dapat menikmati fasilitas terbaik dan kehidupan yang sangat layak. Mereka lah orang-orang staf atau petinggi PN Timah. Di lain pihak, terdapat sekumpulan manusia yang harus jungkir balik untuk menafkahi keluarganya dan hidup dengan fasilitas yang bahkan sangat tidak memadai. Merekalah para pekerja rendahan dari PN Timah. Mereka tak bisa ikut merasakan kemewahan yang dinikmati para golongan elite, karna secara langsung, pemerintah disana telah memisahkan tempat tinggal, pekerjaan dan membedakan status diantara keduanya. Tersebutlah sebuah sekolah terpencil di daerah Belitong yang bahkan tak tersentuh tangan pemerintah, Sekolah Muhamadiyah. Bertahan demi pendidikan rakyat miskin. Pengorbanan dari satu-satunya pengajar yang harus diacungi jempol yang bertahan demi kemajuan pendidikan ilmu dan agama untuk anak-anak tidak mampu, dialah Ibu Mus. Dan ketabahan sang kepala sekolah yang terkadang merangkap sebagai guru, Pak Harfan. Benar-benar luar biasa membayangkan betapa merekalah cerminan kata-kata “Guru, Pahlawan tanpa tanda jasa” yang sesungguhnya. Mereka telah berhasil mencetak manusia-manusia yang walaupun tidak keseluruhan sukses secara materi tapi mereka semua sukses dalam berperilaku sosial yang baik. Berkeagamaan yang baik dan setidaknya jika ada yang menjadi petinggi, mereka bukanlah seorang koruptor. Inilah kisah yang paling menarik dari buku ini. Persahabatan sepuluh orang anak miskin yang menamakan diri mereka sebagai Laskar Pelangi. Mereka sudah bersama sejak mereka memulai bangku sekolah. Merekalah : Ikal, Mahar, Lintang, Harun, Syahdan, A Kiong, Trapani, Borek, Kucai dan satu-satunya wanita di kelas mereka, Sahara. Mereka semua diberi suatu karakter yang kuat satu sama lain oleh sang penulis sehingga sifat diantara mereka semuanya unik. Banyak hal yang mereka lalui bersama. Kemiskinan sepertinya bukan hal yang bisa merusak masa kanak-kanak mereka. Kisah indah percintaan anak muda antara Ikal dengan seorang Tionghoa bernama A Ling yang berawal dari pembelian kapur tulis yang mengesankan. Kesabaran Ikal untuk bisa mendapatkan kekasih hatinya sampai ketegaran Ikal saat A Ling akhirnya harus meninggalkannya. Dari sini kita dapat belajar bahwa seorang anak kecil bahkan bisa bersikap jauh lebih dewasa dibandingkan orang dewasa saat menghadapi masalah percintaan. Siapa juga akan menyangka bahwa sekolah terpencil Muhamadiyah bisa berbuah dua orang genius di bidang yang berbeda. Dialah Lintang, sang ilmuwan cilik. Dan Mahar, sang seniman sejati. Banyak perubahan besar yang mereka lakukan dalam merubah citra sekolah Muhamadiyah dimata masyarakat elite melalui bidang mereka masing-masing. Tapi ternyata nasib selanjutnya berkehendak lain. Ayah Lintang meningggal dunia, dan sang genius itu terpaksa harus menghentikan pendidikannya di sekolah Muhamadiyah akibat tak ada biaya. Tak ada yang menyangka juga bahwa sang seniman, Mahar, semakin hari justru malah semakin tertarik pada ilmu mistik alam gaib. Karena suatu hal, membawa ia pada suatu pertemuan dengan seorang anak perempuan tomboy, anak seorang penguasa kapal keruk di PN Timah, Flo. Karena tertarik pada bidang mistik yang dimiliki oleh Mahar, Flo akhirnya meninggalkan segala kemewahan sekolah PN untuk melanjutkan studinya di sekolah miskin Muhamadiyah. Mereka bersama kelompok pecinta alam gaibnya telah banyak menguak misteri yang dianggap orang keramat di daerah Belitong. Tak jarang kelompok yang dipimpin Mahar ini mendapatkan ejekan dari masyarakat setempat. Tapi Mahar serta Flo tak pernah menyerah. Juga walaupun telah ditegur oleh Ibu Mus karna telah menodai ilmu agama, tapi Mahar dan Flo tetap pada jalan yang telah ia tempuh. Hobi mereka pada alam gaib ini menyebabkan mereka terancam tak bisa mengikuti ebtanas karna nilai-nilai mereka yang semakin menurun. Mereka pun mulai resah. Akhirnya terlintas ide untuk meminta petunjuk pada seorang dukun sakti yang banyak disebut oleh masyarakat sebagai manusia setengah peri, Tuk Bayan Tula. Maka pergilah Flo dan Mahar bersama tim dunia mistiknya mengunjungi kediaman sang Tuk yang terdapat pada sebuah pulau tak berpenghuni yang terkenal sangat angker yaitu Pulau Lanun. Dengan mempertaruhkan nyawa sepanjang perjalanan, akhirnya mereka semua sampai di Pulau tersebut. Dengan menempuh perjalanan yang panjang dan mengerikan, akhirnya mereka sampai ke suatu gua tempat kediaman sang dukun. Dan mereka berhasil berjumpa langsung dengan Tuk Bayan Tula, sang idola mereka. Maka berceritalah Flo dan Mahar tentang masalah mereka di sekolah. Tuk yang menghargai usaha mereka mencapai pulau itu kemudian memberi mereka sebuah petunjuk yang tertulis pada sebuah gulungan kertas. Siapa menyangka ternyata petunjuk yang diberikan sang dukun bisa mengubah jalan hidup Mahar dan Flo. Dua belas tahun kemudian, kesepuluh sahabat itu menjadi seseorang yang benar-benar tidak bisa disangka. Mereka menjalani hidup mereka masing-masing dengan damai dan selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan pada mereka saat itu. Seperti apakah petunjuk yang diberikan oleh sang dukun sakti kepada Mahar dan Flo hingga menyebabkan perubahan pada diri mereka? Bagaimana pula nasib sang genius Lintang setelah dia putus sekolah? Apa yang terjadi pula pada kisah cinta pertama Ikal pada A Ling, apakah masih ada harapan baginya untuk bertemu dengan A Ling? Ikuti kisahnya dalam buku Laskar Pelangi. Saya yakin, tak akan menyesal membaca buku ini karena buku ini memberi kita pelajaran, bagaimanapun hidup yang kita jalani, kita harus senantiasa bersyukur.
Spesifikasi Buku :
Judul Tetralogi Laskar Pelangi #1: Laskar Pelangi (Soft Cover)
No. ISBN 9793062797
Penulis Andrea Hirata
Penerbit Bentang Pustaka
Tanggal terbit September - 2005
Jumlah Halaman 534
Berat Buku -
Jenis Cover Soft Cover
Dimensi(L x P) 130x205mm
Kategori Petualangan
Text Bahasa Indonesia ·
Lokasi Stok gudang penerbit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar